Rifanfinancindo Berjangka

Menelisik Rekam Jejak IHSG Sepekan Lalu, Bagaimana Pekan Depan?

(IHSG) diperkirakan masih menormalkan posisinya | PT Rifan Financindo Berjangka

 

 

 Rifanfinancindo Berjangka

 

Mulai membaiknya laju sejumlah bursa saham Asia tidak mampu mengangkat IHSG yang cenderung tertekan seiring respons negatif terhadap rilis kembali terjadinya defisit neraca perdagangan dan meningkatnya jumlah utang negara per Februari.

Seperti diketahui, asing mencatatkan nett sell Rp 2,86 triliun dari pekan sebelumnya nett sell Rp 4,51 triliun. Masih maraknya aksi jual membuat posisi transaksi asing menjadi net sell, yang hingga pekan kemarin membuat nilai transaksi asing tercatat bersih bersih Rp 17,92 triliun di atas sebelumnya yang masih net sell Rp 13,93 triliun (YTD).

“Meski diharapkan ada pergerakan positif namun, tetap mewaspadai juga terdapat potensi pelemahan lanjutan seiring belum adanya sentimen positif yang cukup signifikan mengangkat IHSG,” tandasnya.

Menurutnya, kepanikan berlebih dalam menanggapi sentimen yang ada membuat pelaku pasar kembali menderita karena kegelisahan yang dibuat mereka sendiri setelah terimbas pelemahan bursa saham Asia yang merespon negatif pemecatan Tillerson sebagai Menlu AS oleh Presiden Trump.

Di sisi lain, adanya sejumlah pernyataan positif dari dalam negeri dan kembali terapresiasinya Rupiah belum cukup kuat mengangkat IHSG ke zona hijau.

Pergerakan IHSG cenderung kembali melemah seiring kembali khawatirnya terjadinya perang dagang dengan penerapan tarif impor AS membuat sejumlah indeks saham global melemah dan berimbas pada turunnya IHSG.

Meskipun demikian, pasca menguat, laju IHSG kembali melemah. Harapan untuk tidak dilakukan aksi profit taking tampaknya tidak terjadi sehingga IHSG pun berbalik melemah.

Bahkan adanya pendapat dari Kemenkeu mengenai insentif pajak Indonesia akan mendorong investasi yang lebih menarik dari tawaran investasi negara-negara lain, serta kembali terapresiasinya Rupiah tidak cukup kuat mempertahankan IHSG di zona hijaunya.

Menurutnya, harapan akan terjadinya penguatan terjadi dimana laju IHSG mampu kembali berbalik menguat pada perdagangan awal pekan kemarin.

( Baca : Pekan Depan, Rupiah Berpeluang Balik Arah dengan Penguatan )

“Positifnya sejumlah bursa saham global, laju Rupiah yang mampu kembali terapresiasi, dan adanya pemberitaan positif bahwa Pemerintah berencana menyelesaikan sejumlah kebijakan sebelum akhir Maret, di antaranya revisi tax holiday, tax allowance, penurunan tarif PPh UKM, dan lainnya hingga komitmen Jepang dalam pembiayaan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya turut direspons positif,” jelasnya.

“Meski laju Rupiah mulai menguat jelang akhir pekan namun, belum cukup kuat mengangkat IHSG,” tuturnya.

 

IHSG Diprediksi Menguat, Begini Analisisnya | PT Rifan Financindo Berjangka

 

Pergerakan IHSG cenderung kembali melemah seiring kembali khawatirnya terjadinya perang dagang dengan penerapan tarif impor AS membuat sejumlah indeks saham global melemah dan berimbas pada turunnya IHSG.

Mulai membaiknya laju sejumlah bursa saham Asia tidak mampu mengangkat IHSG yang cenderung tertekan seiring respon negatif terhadap rilis kembali terjadinya defisit neraca perdagangan dan meningkatnya jumlah utang negara per Februari.

Seperti diketahui, asing mencatatkan nett sell Rp 2,86 triliun dari pekan sebelumnya nett sell Rp 4,51 triliun. Masih maraknya aksi jual membuat posisi transaksi asing menjadi net sell dimana hingga pekan kemarin membuat nilai transaksi asing tercatat bersih bersih Rp 17,92 triliun di atas sebelumnya yang masih net sell Rp 13,93 triliun (YTD).

“Meski diharapkan ada pergerakan positif namun, tetap mewaspadai juga terdapat potensi pelemahan lanjutan seiring belum adanya sentimen positif yang cukup signifikan mengangkat IHSG,” tandasnya.

Bahkan adanya pendapat dari Kemenkeu dimana insentif pajak Indonesia akan mendorong investasi yang lebih menarik dari tawaran investasi negara-negara lain, serta kembali terapresiasinya Rupiah tidak cukup kuat mempertahankan IHSG di zona hijaunya.

Menurutnya, kepanikan berlebihan dalam menanggapi sentimen yang ada membuat pelaku pasar kembali menderita karena kepanikan yang dibuat mereka sendiri setelah terimbas pelemahan bursa saham Asia yang merespon negatif pemecatan Tillerson sebagai Menlu AS oleh Presiden Trump.

Di sisi lain, adanya sejumlah pernyataan positif dari dalam negeri dan kembali terapresiasinya Rupiah belum cukup kuat mengangkat IHSG ke zona hijau.

Positifnya sejumlah bursa saham global, laju Rupiah yang mampu kembali terapresiasi, dan adanya pemberitaan positif dimana Pemerintah berencana menyelesaikan sejumlah kebijakan sebelum akhir Maret, diantaranya revisi tax holiday, tax allowance, penurunan tarif PPh UKM, dan lainnya hingga komitmen Jepang dalam pembiayaan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya turut direspon positif,” jelasnya.

Meskipun demikian, pasca menguat, laju IHSG kembali melemah. Harapan untuk tidak dilakukan aksi profit taking tampaknya tidak terjadi sehingga IHSG pun berbalik melemah.

Belum Lepas Dari Jeratan Sentimen Negatif, IHSG Merosot ke Level 6.383

Menurutnya, harapan akan terjadinya penguatan terjadi dimana laju IHSG mampu kembali berbalik menguat pada perdagangan awal pekan kemarin.

Mengamati perdagangan pekan lalu, imbuh Reza, kembali adanya aksi jual membuat pergerakan IHSG belum keluar dari zona merah. Aksi jual masih kerap terjadi sehingga pelemahan masih terjadi.

“Meski laju Rupiah mulai menguat jelang akhir pekan namun, belum cukup kuat mengangkat IHSG,” tuturnya.

Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan masih menormalkan posisinya dari area jenuh beli sehingga tren penurunan masih berlanjut.

Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, pergerakan IHSG pada pekan depan diperkirakan mencoba kembali menguat meski tipis dengan asumsi pelaku pasar memanfaatkan pelemahan sebelumnya untuk kembali masuk.

“Pergerakan IHSG di pekan depan diperkirakan akan berada pada kisaran level batas bawah (support) 6.265-6.278 dan batas atas (resisten) 6.389-6.412,” ujarnya di Jakarta, Minggu (17/3).

 

Rupiah Melemah di Awal Pekan | PT Rifan Financindo Berjangka

 

Lebih lanjut Reza menjelaskan, laju kurs dolar AS melemah di tengah masih adanya kekhawatiran akan terjadinya perang dagang dan kembali munculnya sentimen pergantian pejabat di pemerintahan Presiden Trump. Isu pergantian ini muncul seiring rencana Presiden Trump yang akan menggantikan Penasihat Keamanan AS.

“Pasar cenderung merespon negatif karena di khawatirkan dapat mengganggu stabilitas politik AS. Hanya saja, tampaknya laju Rupiah tidak banyak berimbas. Di sisi lain, meningkatnya permintaan akan mata uang yen jepang membuatnya terapresiasi meski diiringi pemberitaan skandal yang dilakukan Perdana Menteri Abe,” jelasnya.

Diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas untuk menjaga laju Rupiah untuk tidak melemah lebih dalam,” ujar Reza di Jakarta, Senin, (19/3). Ia menambahkan, kurs Rupiah diestimasikan akan bergerak di kisaran support Rp 13.777 per dolar AS dan resisten Rp 13.439 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan kurs Jisdor, sampai pukul 10.48 WIB masih berada di level Rp 13.765 per dolar AS. Belum berubah sejak Jumat lalu.

Sedangkan di spot, kurs rupiah dibuka melemah 19 poin di posisi Rp 13.770 per dolar AS tadi pagi. Lalu pada pukul 10.00 WIB, melemah 13 poin di Rp 13.764 per dolar AS.

Analis Binaartha Securities Reza Priyambada menilai, seharusnya rupiah bisa menguat karena pergerakan mata uang dolar AS cenderung melemah. Bersamaaan dengan kondisi ekonomi dan politik di Amerika Serikat (AS).

Pergerakan kurs rupiah diperkirakan masih cenderung melemah pada awal pekan ini, Senin, (19/3). Hal itu seiring berkurangnya permintaan rupiah yang sebelumnya cenderung menguat.

Rifanfinancindo Berjangka

Leave a comment