PT Rifan Financindo · Rifan Financindo · Rifanfinancindo

Ini Solusi Menko Darmin Agar Produk Sawit Tak Selalu Disudutkan

Darmin: Kita tidak mau jadi pecundang dan bisa berdiri tegak | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka

Beberapa kalangan menilai bahwa produk-produk turunan sawit merusak kesehatan penggunanya dan juga perkebunan sawit dikatakan cukup merusak ekositem lingkungan.

“Kita harus bangun sistem agar semua pabrik kelapa sawit jelas. ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dilakukan supaya standar perkebunannya jelas. Itu dibuat supaya tidak ada lagi alasan kalangan global menyudutkan kelapa sawit. Kita tidak mau jadi pecundang dan bisa berdiri tegak,” ujar Darmin di Jakarta, Kamis (2/2/2017).

Guna menepis anggapan tersebut, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyarankan agar perusahaan-perusahaan penghasil maupun pengolah kelapa sawit membenahi sistem perkebunan kelapa sawitnya dan juga melakukan standarisasi perkebunan sawit.

Darmin mencontohkan, ketika Pemerintah Perancis berencana memasukan pajak impor tambahan untuk produk minyak mentah dan turunannya.

Alhasil kenaikan pajak pada produk kelapa sawit Indonesia ke Perancis meningkat. Oleh karena itu standarisasi dikaitkan betul dengan pembenahan dibidang kelapa sawit.

“Saya tidak usah cerita dulu bagaimana menyelesaikan masalah Prancis, tapi sudah selesai. Dalam waktu dekat akan ada Perpres standariasi ditandatangani dan kita mulai,” terang Darmin

Di mana pengenaannya dilakukan bertahap dengan besaran 300 euro per ton di 2017, 500 euro per ton di 2018 dan terus meningkat hingga 900 euro per ton pada 2020.

“Bahkan kita juga sudah membangun pendekatan lain dalam soal kebakaran, walaupun pasti kawan-kawan kelapa sawit merubah pendekatan kebakaran hutan dari menjadi mencegah kebakaran hutan,” pungkasnya.

Melalui standarisai perkebunan, Darmin optimis satu hingga dua tahun ke depan Indonesia menjadi negara penghasil kelapa sawit yang standarnya tidak bisa dipojok-pojokkan oleh pihak manapun.

Darmin Bicara Soal Kampanye Hitam untuk Pojokkan Sawit RI | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka

Nilai ekspor produk kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya, seperti karet, kelapa, coklat, teh, dan kopi. Indonesia pun sudah dianggap kayaknya raja sawit di dunia.

“Kita punya banyak komoditas perkebunan, karet, kelapa, coklat, teh, kopi, ada 8, tapi kelapa sawit adalah andalan dan kebanggaan kita,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat acara Pertemuan Nasional Sawit Indonesia, Jakarta, Kamis (2/2/2017).

Indonesia pada 2016 nilai ekspor produk sawit mencapai US$ 17,8 miliar atau naik 8% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 16,5 miliar. Meski nilai ekspor naik, namun secara volume mengalami penurunan sebesar 2%. Pada 2016, volume ekspor CPO mencapai 25,7 juta ton sedangkan tahun sebelumnya mencapai 26,2 juta ton.

Untuk menjaga momentum ini, kata Darmin, pemerintah akan mempelajari beberapa persoalan yang terdapat pada kelapa sawit. Salah satunya dengan program peremajaan kembali (replanting) perkebunan milik petani kelapa sawit.

“Tahun ini bertekad untuk mulai replanting kelapa sawit rakyat. Tentu saja harus kombinasikan dengan pemerintah, Kementan, dan dunia usaha. Selain itu, ada beberapa hal yang disiapkan pemerintah, sangat terkait dengan kebijakan ekonomi untuk wujudkan pemerataan dalam ekonomi,” tandasnya.

Dalam upaya ini, lanjut Darmin, pemerintah tidak bisa melakukannya sendiri, dibutuhkan keterlibatan dunia usaha.

Darmin menuturkan, kelapa sawit saat ini menjadi berkah bagi Indonesia. Apalagi, dari seluruh tanaman penghasil minyak, produktivitas kelapa sawit menjadi yang paling tinggi. Sehingga, tidak heran negara-negara mengkhawatirkan produk kelapa sawit Indonesia, bahkan sampai digulirkannya kampanye hitam soal kepala sawit.

“Banyak negara di dunia memang khawatir melihat sawit, kemudian lahirlah kampanye untuk pojokkan kelapa sawit,” jelasnya.

Darmin Tak Ingin Sawit Bernasib Tragis Seperti Rempah-rempah | PT Rifan Financindo Berjangka

PT Rifan Financindo Berjangka

Produk kelapa sawit nasional masih menjadi unggulan di dunia internasional. Momentum ini harus tetap dijaga agar tidak bernasib serupa seperti produk komoditi lain yang harus diimpor.

Darmin menyebutkan, produk kelapa sawit Indonesia memiliki kebanggan sekarang ini. Apalagi ekspor produk kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan.

“Seperti rempah-rempah, pala, tebu, gula. Pernah menjadi andalan kita, tapi mereka sudah mulai hilang peranannya, gula banyak tapi kita tidak lagi jadi andalan ekspor, kita nett importir bidang ini. Saya sampaikan jangan sampai kelapa sawit jadi sejarah saja,” kata Darmin.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam sambutan sekaligus meresmikan acara Pertemuan Nasional Sawit Indonesia di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (2/2/2017).

Darmin mengaku, baru beberapa minggu menjabat sebagai Menko Perekonomian, harga CPO sedang anjlok. Pada saat yang bersamaan juga diterapkan kebijakan B20 alias program yang mewajibkan pencampuran bahan bakar minyak jenis solar dicampur dengan minyak kelapa sawit sebesar 20%.

Apalagi, sambung Darmin, diantara semua tanaman yang menghasilkan minyak, produksi kelapa sawit Indonesia menjadi yang paling tertinggi di dunia. “Kita menyadari betul bahwa kelapa sawit adalah suatu berkah bagi Indonesia,” tandasnya.

Mulai diterapkan kebijakan itu, harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang tadinya sekitar Rp 800 per kg naik dua kali lipat. Oleh karena itu, sambung Darmin, momentum produk kelapa sawit Indonesia yang tengah membaik ini jangan sampai tinggal sejarah sama seperti produk komoditi seperti rempah-rempah.

Rifanfinancindo

Leave a comment